METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL AUD
“ METODE PENGEMBANGAN EMOSIONAL ANAK”
Menurut Newcomb (1944)
permainan feeling band atau band perasaan adalah permainan membunyikan
instrument music sesuai dengan ekspresi perasaan. Alat musik yang digunakan
sebaiknya jenis perkusi sehingga anak anak dapat lebih mudah menggunakannya.
Dalam permainan in, guru berperan sebagai konduktor. Ia dapat meminta anak untuk
membunyikan alat musiknya dengan ekspresi “marah, sedih, gembira dan lain sebagainya.
Anak – anak dapat mencoba
memahami perasaan itu terlebih dahulu sebelum ia mengekspresikannya melalui
alat musik yang dipegangnya. Dalam pelaksanaannya sangat mungkin ada anak yang
mengalami kesulitan, namun karena kegiatan ini dilaksanakan secara berkelompok,
ia akan belajar pada anak yang lain.
Permainan ini sangat
membantu anak untuk melakukan proses katarsis, menyadari perasaannya sendiri
dan bersenang – senang.
Kegiatan memberi contoh atau memperlihatka secara langsung
dalam melakukan suatu perbuatan atau perilaku. Dalam demonstrasi terkandung
unsur showing, doing and telling, yaitu perlihatkan, lakukan, dan katakan
sebagaimana yang dipaparkan Moeslichatoen (1999).
Berkenaan dengan pengembangan emosi, pembelajaran emosi
dilakukan dengan cara mendemonstrasikan atau mengekspresikan perasaan.
Demonstrasi dapat dilakukan melalui kegiatan bercakap – cakap terlebih dahulu.
Kemudian anak diminta mendemonstrasikan emosi yang diminta. Selain itu, bermain
pantonim juga dapat dilakukan sebagai permainan untuk mendemonstrasikan
ekspresi anak.
Contoh kegiatan yang lain, guru dapat pula meminta anak
untuk mendemonstrasikan sebagai ekspresi emosi secara langsung, misalnya
seorang guru mengajar anak – anak untuk tertawa bersama – sama, kemudian menangis,
marah, tersenyum dan lain sebagainya.
Tujuan penerapan metode ini adalah untuk katarsis atau
mengeluarkan emosi yang ditekan, Self Awarness atau kesadaran terhadap diri
sendiri serta pengenalan terhadap berbagai bentuk emosi. Dalam metode ini guru
juga dapat menjelaskan harapan lingkungan dalam proses pengekspresian emosi,
misalnya guru bertanya, bolehkan mereka melempar mainan, piring dan gelas pada
saat mereka marah. Guru kemudian menjelaskan alasannya dan apa sebaiknya dapat
mereka lakukan.
3. Permainan Personafikasi
Permainan yang dilakukan dengan cara meniru gerakan binatang
atau tumbuhan seolah – olah mereka hidup dengan cara hidup manusia. Dalam
permainan ini anak dapat berpura – pura menjadi selembar daun yang terbang
tertiup angina tau pohon yang tumbang.
Permainan ini membutuhkan perasaan yang halus dari anak
selain itu empati dan perhatian anak terhadap pola hidup makhluk lain juga
dilatih melalui permainan ini, kepercayaan diri, kebebasan berkespresi,
kreativitas dan imajinasi anak ikut terkembangkan.
4. Latihan Antri
Antrian adalah suatu
kejadian yang biasa dalam kehidupan sehari–hari. Antrian timbul disebabkan oleh
kebutuhan akan layanan melebihi kemampuan (kapasitas) pelayanan atau fasilitas
layanan, sehingga pengguna fasilitas yang tiba tidak bisa segera mendapat
layanan disebabkan kesibukan layanan.
Dalam pengembangan emosional anak usia dini latihan antri
sangat diperlukan karna disini anak disini melatih kesabaran dalam melakukan
kegiatan contohnya baris – berbaris atau latihan antri dalam mengambil air
wudhu untuk kegiatan Ibadah Shalat, dengan adanya latihan antri dalam kegiatan
belajar maka emosi anak dapat terkendalikan. Latihan antri juga sangat
bermanfaat dan positif karna anak mampu menahan emosi dalam melakukan kegiatan.
5. Latihan Menunda Keinganan
Ada sebuah studi yang dilaksanakan oleh pakar psikologi, Walter Mischel, pada tahun
1960-an di taman kanak-kanak kampus Stanford University California. Sebuah
studi mengenai "Tantangan Marshmallow"
(sejenis makanan) yang disodorkan pada anak-anak yang berusia empat tahun
memperlihatkan dengan jelas betapa pentingnya kemampuan menahan emosi atau
kemampuan menahan dan menunda dorongan emosi. Melatih "menahan dan
menunda" setiap keinginan anak merupakan cara yang tepat untuk mengasah kemampuan
dorongan emosi yang terus bekembang pada diri anak. Dorongan emosi ini sangat
penting sekali untuk kehidupan anak, terutama disaat anak akan meningkatkan
kualitas hidupnya. Bagaimana anak memutuskan setiap pilihan-pilihan dan sikap
hidupnya, akan ditentukan dari pola dorongan emosinya.
Orangtua harus menjadi "pelatih" dalam proses
pengasahan dorongan emosi ini. Contoh-contoh yang diberikan orangtua dalam
mengelola setiap dorongan emosinya akan mempermudah proses pelatihan ini.
Seperti, melakukan puasa dalam bulan Ramadhan satu bulan penuh adalah sarana
yang paling tepat untuk melatih dorongan emosi ini.
Selain dengan cara memberi contoh, orangtua harus memberi
"pemaknaan positif" dari setiap dorongan emosi yang muncul. Pemaknaan
positif terhadap penundaan keinginan anak akan memberi arti "yang baik" bagi anak.
Seperti contoh studi penelitian diatas, barang siapa yang mampu menunda
mengambil marshmallow
selama 20 menit akan mendapatkan 2 marshmallow
dan yang tidak mampu hanya mendapatkan 1 marshmallow.
Demikian juga melatih "menahan dan menunda" keinginan
anak kita dengan cara berpuasa di bulan Ramadhan. Tanamkanlah memori yang baik
akan manfaat puasa di bulan Ramdhan, jangan terburu-buru menghubungkan puasa
dengan dosa seperti yang tidak
berpuasa akan mendapatkan dosa.
Daftar
Pustaka
Moeslichatoen (1999) .Metode Pengajaran di Taman Kanak –
Kanak. Jakarta : Depdikbud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar